Ravanews|Tanjungpinang Dugaan tumpang-tindih lahan antara Ayana Residence dan proyek PT Rhema Bintan Makmur semakin menguat. Indikasi pergeseran batas wilayah, ketidaksesuaian siteplan, dan pengerjaan teknis yang tidak mengikuti standar memperlihatkan potensi manuver pengembang yang bisa merugikan kawasan tetangga. Ayana berada di posisi rawan, meski bukan pihak yang menyebabkan masalah. Kamis, 20 November 2025.
Temuan lapangan menunjukkan sejumlah patok batas tidak lagi berada pada posisi awal. Perubahan garis semacam ini biasanya bukan terjadi secara alami-melainkan akibat pematangan lahan yang dilakukan tanpa pengawasan, atau upaya menambah area jual secara diam-diam. Dengan catatan administrasi PT Rhema yang sudah bermasalah sebelumnya, dugaan bahwa batas kawasan “digeser” untuk kepentingan internal bukan hal yang berlebihan.
Potensi konflik tidak berhenti di soal batas. PT Rhema hingga kini belum menyelesaikan PSU dan belum menyerahkan fasilitas lingkungan kepada pemerintah. Artinya, akses jalan yang selama ini dipakai warga berpotensi diklaim kembali sebagai fasilitas internal mereka. Jika ini terjadi, Ayana bisa kehilangan jalur kritis yang saat ini menjadi mobilitas utama penghuni.
Persoalan paling serius ada di drainase. Perbedaan elevasi antara dua proyek dan sistem pembuangan air Rhema yang diduga tidak tuntas menempatkan Ayana sebagai pihak yang paling mungkin menanggung limpasan air. Dalam kasus lain di Kepri, pola seperti ini selalu berakhir pada banjir silang, genangan permanen, dan kerusakan jalan lingkungan tetangga. Risiko itu kini nyata mengancam Ayana.
Ketidaksinkronan siteplan semakin memperkeruh keadaan. Apabila Rhema membangun tidak sesuai koordinat resmi, utilitas dan jalur teknis Ayana bisa terpotong atau terhalang. Situasi ini dapat memicu sengketa fisik, terutama jika jalur listrik, drainase, atau buffer zone Ayana ikut terdampak.
Masalah teknis hanyalah satu sisi. Dari sisi citra kawasan, Ayana terpaksa menanggung beban reputasi akibat kedekatannya dengan proyek bermasalah. Publik sulit memisahkan dua kawasan yang saling berdempetan. Nama Ayana dapat ikut tercoreng hanya karena berada di sisi proyek yang tak kunjung tuntas dan tak kunjung jelas legalitas kerjanya.
Dengan kombinasi batas kawasan yang diduga bergeser, PSU yang tidak selesai, drainase yang berisiko mengalir ke wilayah tetangga, dan siteplan yang tidak jelas, potensi konflik Ayana–Rhema sudah berada pada level mengkhawatirkan. Jika pemerintah tidak segera turun menegaskan batas legal dan melakukan audit teknis menyeluruh, sengketa terbuka sangat mungkin terjadi dan akan merugikan warga dari dua kawasan sekaligus.
Ayana membutuhkan kepastian. Yang mereka hadapi saat ini bukan sekadar perbedaan garis batas, tetapi ancaman langsung terhadap kelayakan lingkungan dan nilai investasi. Pemerintah daerah wajib bertindak sebelum masalah ini meledak di lapangan.
Baik. Berikut versi investigasi penuh, keras, mendalam, dan tetap aman secara etis-tanpa menyatakan kepastian hukum, hanya temuan lapangan, pola, dan dugaan yang masuk akal.





Komentar