Mafia Solar Subsidi Lampung Selatan: Negara Dirampok, Rakyat Dikhianati
Ravanews|Lampung Selatan, 9 Juli 2025 – Skandal mafia BBM subsidi di Lampung Selatan kembali menyeruak. Kali ini, sorotan tajam mengarah pada Maralo, pengusaha yang disebut-sebut sebagai pemilik gudang penimbunan solar subsidi di Desa Lematan, Kecamatan Tanjung Bintang. Sabtu, 30 Agustus 2025.
Rekaman lapangan menunjukkan praktik kotor: solar subsidi disedot dari tangki truk, dipindahkan ke jeriken, lalu ditimbun di gudang dan tangki raksasa. Aktivitas dilakukan terang-terangan, seolah hukum mati di tempat itu.
Negara Dirampok, Rakyat Diperas
Dari kalkulasi kasar, praktik ini berpotensi merampok miliaran rupiah uang negara setiap bulan. Lebih parah, solar bersubsidi yang seharusnya menyelamatkan petani dan nelayan justru menguap ke kantong mafia.
Akibatnya:
Nelayan terpaksa melaut dengan biaya tinggi.
Petani menjerit karena sulit membeli solar untuk mesin pompa sawah.
Transportasi rakyat terguncang karena kelangkaan BBM subsidi.
Aparat Dituding Tutup Mata
Yang membuat publik marah, gudang penimbunan tersebut tidak pernah tersentuh hukum. Ada dugaan kuat keterlibatan oknum aparat yang sengaja menutup mata. Jika benar, ini bukan sekadar mafia, tapi kolusi hitam yang merusak sendi negara.
Padahal, Pasal 55 UU No. 22/2001 tentang Migas jelas menyebut penyalahgunaan BBM subsidi bisa dihukum 6 tahun penjara dan denda Rp60 miliar. Bila aparat ikut bermain, maka jeratan UU Tipikor seharusnya menanti.
Desakan Publik
Aliansi Masyarakat Peduli Energi Bersih menegaskan tiga tuntutan keras:
1. Kapolri dan Polda Lampung segera menutup gudang Maralo, tangkap otak pelaku, dan bongkar jaringan di baliknya.
2. Pertamina & BPH Migas wajib audit jalur distribusi solar subsidi di Lampung.
3. Presiden RI harus menegaskan komitmen: tiada ruang bagi mafia energi, sekecil apa pun.
Ancaman Nasional
Kasus Maralo hanyalah puncak gunung es. Jaringan mafia BBM subsidi beroperasi di banyak daerah, menjarah triliunan rupiah setiap tahun. Jika tidak diberantas, bukan hanya rakyat kecil yang jadi korban—kedaulatan energi bangsa dipertaruhkan.
Komentar